Golet alias Padhosi

Selasa, 18 Mei 2010

selayang pandang

Pengertian Prestasi Belajar

Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut :
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible”

“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

b. Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

B. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Filed under: Artikel
« PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) Science fun »


Problematika Proses Belajar Mengajar
30 10 2009
A. Pengertian Proses Belajar Mengajar dan Problematikanya.
a. Pengertian Proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar selalu melibatkan guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai obyek pengajar. Oleh karena itu, untuk memahami arti proses belajar mengajar, maka diperlukan pemahaman dasar tentang pengertian belajar mengajar itu sendiri.
1. Arti belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami hal belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5
2. Arti mengajar
Mengajar diartikan sebagai upaya menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa, maka nampak bahwa aktivitas mengajar lebih dominan oleh guru sebagai pelaku pengajar. Sedangkan siswa hanya bertindak sabagai obyek pelajar. Jadi guru dengan segala aktivitasnya berupaya memberikan pengajaran kepada para siswa. Sedangkan siswa cenderung bersifat pasif.6
Kemudian dalam makna yang lebih luas, mengajar dapat diartikan dengan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang telah di tetapkan.
Hilgard mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelalaian atau di sebabkan obat-obatan.7
Drs. Slameto mengatakan bahwa :
“Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.8
H. Roth mengatakan bahwa :
“Belajar (dari segi ilmu mendidik) berarti perbaikan, perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan) fungsi kejiwaan. Hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan berarti pula menghilangkan tingkah laku dan kecakapan yang mempersempit belajar.9
Ketiga pengertian di atas menunjukkan suatu pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar dalam makna ini yaitu perubahan tingkah laku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu upaya dilakukan oleh guru untuk memberikan dorongan kepada siswa agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Proses ini merupakan suatu perwujudan dari reaksi antar siswa dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud lebih dititik beratkan pada lingkungan sekolah.
Rumusan lain dapat pula di kemukakan disini bahwa belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran, belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang di lakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung.
b. Problematikan belajar mengajar
Bertitik tolak dari arti problematika yaitu hal yang menimbulkan masalah, maka dalam kaitannya dengan belajar mengajar yang dikemukakan sebelumnya dapat diambil suatu rumusan pengertian bahwa yang dimaksud dengan problematika belajar mengajar adalah sesuatu yang menjadi sebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, baik yang berlangsung dalam tatap muka maupun melalui media cetak.
Dalam hubungan ini mengajar diartikan sebagai kegiatan mengorganisasi proses belajar. Dengan demikian problematika yang dihadapi oleh pengajar dan dipandang baik untuk menghasilkan produk yang baik, adalah bagaimana mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai pengetahuan yang luas. Dalam hal ini guru sebagai pengajar harus berperan sebagai perantara yang lebih baik.
B. Macam-Macam Problematikan Belajar Mengajar
Akrivitas belajar mengajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan kadang-kadang terasa amat sulit. Atas dasar itulah maka dapat dipahami bahwa dalam aktivitas belajar mengajar itu terdapat berbagai masalah atau problematika, misalnya: dalam hal semangat yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi, itulah kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa memang tidak ada sama perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar mengajar dikalangan siswa, hal tersebut yang menjadi kesulitan belajar mengajar adalah dalam keadaan siswa dimana tidak dapat belajar sebagaimana mestinya yaitu sesuai dengan cara belajar yang efektif dan efisien.
Landasan dan latar belakang proses pendidikan dan pengajaran adalah semata-mata untuk mencerdaskan bangsa, proses pendidikan yang melatar belakangi untuk kecerdasan anak didik dalam lingkungan sekolah atau merupakan kewajban seorang pendidik dalam keberhasilan suatu pendidik.
Drs. Slameto mengemukakan bahwa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan merupakan suatu rangkaian yang terkait antara guru dan siswa, dalam kaitannya pendidikan di kenal dengan faktor intern dan ekstern.10
1. Faktor Intern
Faktor intern adlah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini mencakup faktor jasmani, faktor psikologis.
a. Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh dan penyakit lainnya.
b. Faktor psikologi meliputi faktor ntelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah yang mempengaruhi belajar, ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin, alat pelajaran dan waktu sekolah.11
1. Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Mengajar itu sendiri menurut Drs. Ign S. Ulih Bukit Karo-Karo adalah menyajikan bahan pelajar oleh orang kepada orang lain, menguasai dan mengembangkannya.12
Dalam proses beajar mengajar agar dapat menerima menguasai dan lebih mengembangkan bahan pelajar itu, maka cara-cara belajar mengajar haruslah tepat, efisien dan efektif, sebab metode mengajar guru adalag sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dalam suatu keberhasilan pendidikan.
2. Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar adalah menyajkan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkannya.
3. Relasi Guru dan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara siswa dengan guru, proses tersebut juga di pengaruhi juga oleh relasi yang ada.
Didalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
Guru yang kurang beriorentasi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar, juga merasa jauh dan guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
4. Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada kelompok yang bersaing secara tidak sehat, jika kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak, karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Maka disini guru harus menciptakan relasi yang baik antara siswa agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
5. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa di dalam sekolah dan juga dalam belajar kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam megajar dan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam mengelola seluruh staf beserta seluruh siswa-siswanya seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan belajar sama dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
Atas adanya disiplin siswa dapat mengembangkan motivasi yang kuat, dengan demikian agar siswa belajar lebih maju siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan, agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
6. Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar, di pakai pula oleh siswa untuk menerma bahan yang akan diajarkan itu, alat pelaar yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang di berikan.
Di dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya disamping oleh sarana dan prasarana tergantung sungguh dari proses pengajaran, di dalam pengajaran itu sendiri diperlukan cara pengajaran yang lebih efektif.
Untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik
2. Guru harus mempergunakan banyak metode
3. Motivasi
4. Kurikulum yang baik dan seimbang
5. Tidak memandang perbedaan individual
6. Membat perencanaan
7. Pengaruh guru yang sugestif
8. Keberanian
9. Menciptakan suasana yang demokratis
10. Semua pelajar harus di integrasikan
11. Memberikan masalah-masalah yang merangsang
12. Menghubungkan pelajaran di sekolah dengan masyarakat
13. Memberi beban kepada anak
14. Mendiagnosa kesulitan belajar dan menganalisa kesulitan-kesulitan itu.13
________________________________________
5 Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001), h. 27.
6 Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 27
7 Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983) h. 59
8 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta : Bina aksara,
9 Pasaribu, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito, 1983) h. 62
10 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), h. 56-61.
11Ibid. h. 66.
12Ibid. h. 67.

tugas kelas VIII

silakan unduh tugas di sisni

Perkenalan

Perkenalkan nama saya anwar hidayat alamat kutasari purbalingga jawa tengah, pekerjaan sebagai Guru TIK di SMP N Purbalingga dan juga dosen tetap di sebuah PTS di Purwokerto.

perkenalan

nama anwar hidayat